Raffi Ahmad dan Acha Septriasa dalam "Love Is Cinta." (C) 2007 Starvision |
“Saya pesen Nasi Goreng Spesialnya dua. Buat saya jangan pedes sama sekali tapi buat dia pedes. Dan saya minta Es Teh Manisnya dua, ya."
Penggalan kutipan diatas terucap oleh Doni (Raffi Ahmad) saat meyakinkan pada Cinta (Acha Septriasa) bahwa ia adalah Ryan, sahabatnya, yang telah meninggal dan masuk kepada tubuh Doni untuk kembali padanya dan menyatakan sesuatu yang belum pernah ia ucapkan semasa hidupnya dalam film Love is Cinta, yang telah tayang pada 2007 silam di bioskop tanah air.
Tentu saja sesuatu yang ingin diucapkan bukanlah pesanan menu kesukaan Cinta di Warung Kopi Purnama. Terlepas dari saksi kisah romansa Ryan dan Cinta, Warung Kopi Purnama adalah kopitiam legendaris yang tak lekang oleh waktu. Hadir sejak tahun 1930, warung yang berada di Jalan Alkateri No. 22 Kota Bandung ini telah menjadi saksi sejarah sekaligus tempat bernostalgia bagi para pengunjung setianya yang telah mampir sejak dulu.
Sabtu (3/11/2018) lalu, saya berkesempatan untuk berbincang langsung tentang kopitiam ini dengan Aldi Rinaldi Yonas, selaku penerus generasi keempat, pada waktu senggangnya di Purnama.
Aldi Rinaldi Yonas, penerus pemilik Warung Kopi Purnama generasi keempat, saat ditemui di tempat. |
Selain film “Love Is Cinta”, apakah pernah ada project shooting di Purnama?
Banyak, sih. Salah satunya (band) Rosemary, judulnya “Brother Sister” kalo nggak salah. Banyaknya mah ini sih, TV, kayak review-review makanan, gitu. Lebih ke (acara) kuliner gitu.
Apa saja jenis-jenis menu yang disajikan oleh Purnama?
Menu Purnama tuh ada tiga (jenis). Chinese, Belanda sama Indonesia. (Sebagai contoh) Disini ada pangsit goreng, lumpia goreng sama bitterballen. Ini (mewakili) Belanda bitterballen-nya. Pangsit gorengnya chinese. Lumpianya tuh sebenernya ke arah Indonesia. Jadi (ragam menunya) campuran, beneran mixed disini.
Dari bawah ke atas: Roti Selai Srikaya, minuman Saparilla, Nasi Goreng Purnama, Es Kopi Susu, Roti Telur Gulung Sosis dan Es Moka Susu |
Siapa saja yang menjadi target pasar Purnama?
Kalau target market-nya Purnama dari generasi ke generasi. Jadi Purnama nggak pernah ada spesifik, “Oh, ini market-nya orang tua.” Mungkin kalo generasi kita (90-an) ke bawah biasanya dikenalin orangtua. Yang kedua, sih, dari warung kopinya. Di Bandung, tuh, ada lima (tempat kuliner tertua). Kalau mau nyari kue-kue yang jadul, Sumber Hidangan. Pengen nyari steak yang jadul (ada) Tizi, di Dago. Kalo pengen nyari yang ada beer-nya, kafe-kafe yang keren, Braga Permai. Terus kalo pengen nyari warung kopi kopitiam, Purnama. Satu lagi, kalo pengen nyari makanan yang segala ada, Toko You. Jadi, punya market-nya masing-masing.
Tampak front store dari Warung Kopi Purnama |
Adakah hal-hal yang menjadi ciri khas Purnama yang selalu diingat oleh masyarakat?
Kalo dari Purnama, pasti dari (roti selai) Srikaya. Srikayanya tuh pasti Udah nempel di benak orang-orang. Selain itu, kita lebih ke warung kopi, spesifiknya. Tapi nggak cuma kopi, kita ada (pilihan menu) khas Jawa Baratnya juga.
Mengapa warung kopi ini memutuskan untuk berganti nama menjadi Purnama?
Saya dengar kabar dari generasi atas (sebelumnya). Itu, teh, katanya bulan paling sempurna, ya. Bulat, sempurna, terang. Jadi lebih ke faktor luck, ya. Kan ada perayaannya juga ‘kan kalo di (budaya) Chinese. Katanya gitu jawabannya. Kalau untuk pergantian nama, sekali doang. Semenjak (era) Soeharto. Soeharto naik (menjadi presiden), Orde Baru, ganti nama.
Suasana di dalam Warung Kopi Purnama yang klasik. |
Di tengah tren dan gempuran coffee shop yang baru dan modern di masyarakat, adakah strategi tertentu untuk membuat Warung Kopi Purnama bertahan dalam persaingan?
Strateginya mah gini, menjaga cita rasa asli, kualitas sama suasana. Jadi kalau ditanya “Apa sih ‘resep’ bertahannya?” ya, ini. Kita dari generasi satu sampai empat sekarang (mendapat pesan) “Tolong dijaga.” Jadi kuncinya untuk mempertahankan jati diri. Kita punya jati diri, pasti nggak akan ngikut-ikutin orang lain. Itulah kenapa kita bisa bertahan.
Sebagai penerus generasi keempat, apa saja rencana yang akan dilakukan terhadap Purnama?
Kita sekarang lagi mau ngejual (kemasan) botol selai srikaya. Ini rencana soalnya belum (terjadi) di generasi sebelumnya. Kita, teh, pengen bikin kayak suatu spot bahwa wisata tuh nggak cuma makan, tapi ada sejarahnya. Jadi (seperti) semi-museum, gitu. Ada edukasinya juga. Jadi kedepannya pengen seperti itu, sih.
Apakah Purnama berencana untuk membuka cabang baru di masa depan?
Sebenernya kalo cabang, sih, jadi ada tamu kita, tuh, care sama Purnama. Ada yang kasih suggest “Koh, buka cabang, dong di Jakarta.” Tapi ada juga yang (bilang) “Koh, jangan buka cabang. Soalnya biar iconic, authentic di Bandung.” Tapi sekarang ini saya (memilih) mengambil yang authentic dulu. Saya gak mau buka cabang dulu, jadi pengen Purnama tetap ada disini.
(angga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar